Menginjak bulan ini, menginjak tiga tahun Pak SBY menjalani masa jabatan periode keduanya
sebagai presiden RI. Artinya, telah delapan tahun sejak pertama beliau menjabat
presiden. Dan tinggal dua tahun lagi.
Lalu, beliau akan turun kursi.
Selama delapan tahun ini, telah banyak prestasi yang
ditorehkannya. Dalam bidang ekonomi, Indonesia kini telah masuk G20. Dengan
menjadi negara penghasil PDB terbesar ke16 se dunia. Pertumbuhan ekonomi
nasional 6,4% dan pendapatan perkapita US$ 4.000. Dalam bidang budaya, pemerintahannya telah
berhasil memperjuangkan batik agar diakui sebagai warisan budaya dunia asli
Indonesia dan kini telah menjadi populer di seluruh dunia. Komodo masuk sebagai
7 wonders of nature. Dalam urusan militer, Presiden SBY telah mencanangkan MEF
(minimum Esensial Fors) atau kekuatan pokok minimum, sehingga kini kekuatan
militer Indonesia suadah mulai dihormati lagi oleh negara kawasan. Setidaknya,
jiran utara sudah tidak banyak ulah lagi beberapa tahun ini. Masih dalam bidang
militer, revitalisasi BUMN industri strategis dilakukan. Hasilnya, kini
berbagai alutsista dengan teknologi menengah sudah bisa diproduksi dalam negeri.
Yang tak kalah penting, dalam masa jabatannya lah, lembaga antikorupsi (KPK)
bisa dibentuk dan terus dilindungi. Sebagai catatan, presiden-presiden sebelumnya pernah
membentuk badan-badan semacam KPK, namun gagal melaksanakan tujuan hingga
akhirnya dibubarkan. Misalnya KPKPN pada masa Habibie, dan TGPTKP pada masa Gus
Dur.
Urusan hubungan luar negeri jangan ditanya lagi.
Indonesia telah menunjukkan kewibawaannya dengan berhasil memediatori perdamaian
antara Thailan dan Kamboja dalam sengketa milayah. Denagn politik Millions Friends, Zero Enemy, Indonesia menjadi makin bebas dan aktif dalam berbagai urusan internasional.
Memang masih banyak tantangan yang harus diperjuangkan. Swasembada beras, daging, garam, gula, dan
kedelai. Melanjutkan revormasi pendidikan dan birokrasi. Penyelesaian
separatisme di Pulau Irian. Dan lain-lain, lah.
Namun, yang menjadi satu tantangan lagi, khusus bagi SBY
adalah, ‘Bisakah beliau jadi yang
pertama?’ Pertama dalam hal apa? Maksud saya adalah pertama sebagai presiden
Indonesia yang naik dan turun kursi jabatan tanpa kisruh.
Perlu diingat bahwa sampai presiden kemarin, Megawati
yang presiden ke lima itu, belum ada presiden Indonesia yang naik dan turun kursi
jabatan tanpa kisruh. Sukarno sebagai presiden pertama tentu diangkat dengan
kisruh yang luar biasa karena harus melaui perjuangan berdarah-darah melawan
penjajah. Turunnya pun harus melalui kisruh luar biasa oleh demonstrasi mahasiswa. Presiden Suharto
pun naik dengan memanfaatkan suasana kisruh itu. Dan karma terjadi. Beliau
diturunkan dengan cara yang hampir sama. Habibie naik kursi setelah Suharto
terpaksa turun jabatan. Dan mengakhiri jabatan dengan pidato pertanggungjawaban
yang ditolak oleh DPR.
Gus Dur barangkali bisa diangga sebagai presiden pertama
yang memulai masa jabatan dengan pemilu yang damai. Tapi, beliau terpaksa turun
setelah kursinya digoyang oleh elit politik yang tidak sejalan dengannya. Dengan
kata lain, diturunkan dengan kisruh. Sebaliknya dengan Bu Mega. Beliau turun
dengan aman, tapi diangkat dengan kisruh.
Mampukah SBY menjadi yang pertama? Jika beliau bisa
menunaikan tugasnya sampai 2014 dan melakukan transisi pemerintahan dengan
damai, maka beliaulah yang pertama. Dan jika itu terjadi, sesungguhnya itu
bukan cuma prestasi beliau. Namun juga menjadi prestasi seluruh Bangsa
Indonesia. Bahwa Bangsa Indonesia sudah dewasa dan memiliki kestabilan politik.
“Amin!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar