Diskusi Warung Kopi (dot) Blogspot (dot) com

Diskusi Warung Kopi (dot) Blogspot (dot) com

Kamis, 04 Mei 2017

Sebuah Opini Tentang Keterampilan Berbahasa yang Ke-5

(Tulisan ini dibuat ketika ada sebuah ‘selentingan’ yang lewat di otak, di perpuspasca Unesa, sambil mendengarkan musik opera Mozart melalui headset)

Para ahli bahasa umumnya memahami keterampilan berbahasa terbagi menjadi 4, yakni:
(1) keterampilan menyimak,
(2) keterampilan berbicara,
(3) keterampilan membaca,
(4) keterampilan menulis.
.
Namun, dengan perkembangan tren komunikasi saat ini yang ditunjang dengan segala teknologinya, keempat keterampilan tersebut dirasa belum cukup untuk menggambarkan kepandaian berbahasa seseorang. Diperlukan keterampilan ke-5. Keterampilan ke-5 tersebut, sebenarnya sudah diterapkan oleh orang-orang bijak sejak masa lalu. Namun, mungkin saat itu keterampilan ke-5 ini dirasa belum cukup penting, sehingga luput dari kebanyakan ahli bahasa. Keterampilan ke-5 tersebut disebut "keterampilan diam".
.
Bila keterampilan menyimak dan membaca berhubungan dengan menyerap informasi, dan keterampilan berbicara serta menulis berkenaan dengan menyampaikan informasi, maka keterampilan diam adalah keterampilan yang berhubungan dengan menahan informasi. Penahanan informasi tersebut bisa bertujuan untuk banyak hal, salah satunya untuk tidak menyinggung lawan bicara. Selain itu, menahan diri untuk tidak turut menyebarkan fitnah atau informasi hoax bisa pula dimasukkan ke dalam keterampilan jenis ini. Artinya, diam juga bisa bertujuan untuk menahan laju gerakan informasi yang belum jelas kebenarannya.
.
Diam sebagai sebuah keterampilan berbahasa berbeda dengan diamnya orang bodoh. Diam sebagai sebuah keterampilan berbahasa berada di antara resepsi dan produksi bahasa. Secara struktural, memahami kediaman sebagai bagian dari bahasa memang tidak lazim dilakukan. Namun, secara pragmatik itu adalah sesuatu hal yang sangat biasa. Orang bisa menyatakan sesuatu dengan diamnya, misalnya seorang guru yang mendiamkan murid-muridnya bermain bola saat istirahat menandakan persetujuannya akan perilaku muridnya itu. Seseorang bisa juga diam karena memahami sesuatu, misalnya ketika seseorang dimintai pendapat atas sebuah pemberitaan dan dia memilih diam karena memahami berita tersebut belum saatnya dikomentari karena sesuatu hal.
.
Dalam islam, arti penting sebuah diam tampaknya sudah lebih dahulu diperhatikan. Misalnya dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad (Saw) memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berkata yang baik, atau hendaknya diam. Hadist ini dapat dipahami dalam dua pemahaman; Jika dipahami pilihan untuk diam lebih karena ketidakmampuan individu untuk bicara baik-baik, maka diam tersebut dapat dimaknai sebagai keterampilan yang berada di bawah keterampilan berbicara, atau bahkan bukan keterampilan sama sekali. Namun bila diartikan pilihan untuk itu lebih dikarenakan kondisi, maka kediaman tersebut bisa dipahami sebagai kemampuan untuk memilih diam ketika seharusnya dia bisa bicara; dalam situasi ini kediaman tersebut bisa dipahami sebagai sebuah keterampilan.
.
Diam dikatakan berada di antara situasi resepsi dan produksi karena pada konsisi diam tersebut seseorang yang diam sebenarnya diharapkan untuk bicara, namun memilih untuk diam karena memahami ada kondisi yang mengharuskannya untuk diam. Karena itu, diam tanpa alasan yang tepat untuk diam bukanlah sebuah keterampilan, atau dalam istilah yang telah disebutkan sebelumnya adalah “diamnya orang bodoh”. Diamnya orang bodoh dapat dibedakan dengan diam sebagai sebuah keterampilan dilihat dari: (1) ada tidaknya pembacaan tentang situasi yang menyebabkan seseorang harus diam, dan (2) ada tidaknya usaha untuk menggali informasi lebih lanjut tentang permasalahan yang didiamkan.
.
Barangkali akan masih ada beberapa ciri dan sifat lain dari diam sebagai sebuah keterampilan. Namun hal itu masih membutuhkan pemikiran lebih lanjut, atau akan lebih baik bila didukung dengan penelitian objektif yang lebih bisa dipertanggungjawabkan. Sejauh ini, segala uraian yang telah tersebut dalam tulisan ini masih sebuah pendapat pribadi, yang mungkin benar namun mungkin juga salah. Bila ada kebenaran dalam tulisan ini, sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah. Dan bila ada kesalahan, sesungguhnya itu hanyalah sebuah bukti bahwa tidak ada yang sempurna selain Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar