Akhirnya terbit juga. Begitulah kira-kira perasaaan saya
melihat novel pertama saya telah terpegang di tangan. Yup, yang di samping itu
adalah penampakan covernya.
Ssst!!!
Bisa dibilang sebenarnya pengerjaan Novel ini adalah proyek
coba-coba saya, dulu. Tapi, malah kemudian dari proyek coba-coba ini, saya
belajar banyak hal.
Ketika itu adalah masa-masa kelam hidup saya. Patah hati,
kuliah bermasalah, dan galau tentang masa depan. Ketika saya mulai menulis dulu,
awalnya saya melakukan itu dengan tujuan sebagai profesi alternatif saya karena
sudah menduga bakal gagal dalam kuliah saya di jurusan teknik waktu itu. Waktu
itu, saya pikir menjadi penulis akan menjadi pilihan tepat kerena itu pekerjaan
yang mudah, tidak akan merepotkan. Tapi, apa yang terjadi kemudian?
Saya baru tahu. Ternyata, menulis itu tidak gampang. Menulis
tidak main-main. Susah. Setahun berlalu, novelku cuma jadi beberapa belas
halaman. Tapi, saat itu saya mengatakan dalam hati saya (bahkan saya terakan
dalam status Facebook) entah dalam waktu dua, tiga, empat, atau bahkan lima
tahun pun, saya harus menyelesaikan novel ini. Itu adalah komitmen saya waktu
itu.
Singkat cerita, dengan semangat kerja keras dan tekun
menulis setiap malam, Sekitar setengah tahun kemudian selesailah ia. Bersyukurlah
saya.
Sampai di sini, saya belajar, “Apa pun pekerjaan yang saya tekuni, tidak akan berhasil jika niatku
hanya setengah-setengah, dengan landasan tidak mau susah. Tapi dengan kerja
keras, apapun bisa diselesaikan.”
Belum selesai sampai disitu ceritanya. Setelah saya
menyelesaikan novel itu, lalu saya mencetaknya untuk saya berikan pada
teman-teman agar mereka membacanya sebelum saya tawarkan ke penerbit. Apa yang
terjadi? Dari dua teman yang saya beri cetakan naskah novel saya, dua-duanya
tidak bisa menyelesaikan membaca. Bahkan saudaraku sendiri juga hanya sampai
setengah.
Bagaimanapun, tujuan orang menulis adalah agar tulisannya dibaca.
Ketika orang menolak membacanya, itu adalah pukulan terbesar bagi penulis. Saya
kecewa berat tentunya. Tapi, disitu saya belajar hal selanjutnya.
Selama ini saya orang yang suka bertindak reflektif dengan
mencari gampangnya saja. Katakanlah jika ada jalan becek, ya aku cari jalan
lain yang tidak becek. Tidak pernah terpikirkan olehku untuk menyeberangi jalan
becek itu walaupun tujuanku sebenarnya ada di seberang jalan becek sana.
Termasuk tentang kuliahku di jurusan teknik itu, yang sudah harus berakhir
tanpa ijazah karen aku tidak mau melewati jalan becek. Tapi, sekarang tidak
boleh lagi. Kini, “Aku sudah menentukan
arah tujuanku. Bagaimanpun caranya, aku harus sampai di sana.”
Akhirnya, dengan semangat rendah hati, aku membaca sendiri
tulisanku dan harus kuakui, caraku bercerita cenderung berbelit-belit dan
membosankan. Tapi, sesuai keyakinanku waktu itu, aku sudah mentukan tujuan,
bagaimanapun aku harus sampai di sana. Bagimana pun, aku harus menerbitkan
novel pertamaku ini.
Maka, aku edit lagi naskahku. Butuh waktu beberapa bulan
untuk itu. Dan hasilnya, lumayan, lah. Sudah jauh lebih menarik dari sebelum
diedit.
Lalu, aku kirimkan naskahku ke penerbit.
Selanjutnya, aku belajar untuk “sabar dan tawakal”. Aku sudah melakukan yang terbaik. Selanjutnya,
biar Tuhan yang menetukan.
Alhamdulillah. Setelah penantian panjang hampir setahun,
terbitlah dia. November 2013 naskah aku kirim ke penerbit, Februari 2013
mendapat konfirmasi email dari penerbit, Maret 2013 membuat MOU, Oktober 2013
novelku terbit. Alhamdulillah.
Ternyata, semuanya memang harus dilakukan dengan kerja
keras. Jadi sekarang pun saya harus bekerja keras lagi untuk menulis novel saya
yang selanjutnya, yang harus lebih baik dari novel pertama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar