Judul : Semua Ikan di Langit
Penulis : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit : Grafindo
Terbit : Cetakan 1, Februari 2017
Tebal : 262 halaman
ISBN : 9786023758067
Kelihatannya ringan, namun semakin dibaca, “Semua Ikan di Langit” mengandung isi yang dalam. Novel ini mengajak pembaca berpetualang, namun bisa juga diartikan pengarang sendirilah yang sebenarnya sedang berpetualang. Yang kedua mungkin lebih tepat.
Cover novel ini terkesan epik, dan begitu pula isinya. Ia berkisah perjalanan sebuah Bus Damri yang mendapatkan keajaiban sehingga bisa terbang. Suatu malam ikan julung-julung dari langit menculiknya, lalu membawanya pada Beliau. Beliau sendiri adalah tokoh yang tidak diberi nama, yang digambarkan sebagai anak laki-laki penuh keajaiban. Anak itu tidak pernah bicara, tidak makan dan tidak minum, serta selalu berwajah datar. Anak itu tidak pernah menapakkan kakinya di atas tanah, serta dari rambutnya bisa keluar ikan-ikan julung-julung terbang. Bersama Beliau dan ikan julung-julung, Bus Damri berpetualang menjelajah ruang dan waktu.
Dalam petualangan mereka itu, Bus Damri bertemu banyak orang (manusia, binatang, maupun benda-benda mati yang diorangkan). Dua di antaranya adalah kucing bernama Bastet dan kecoa bernama Nadezhda atau Nad. Bastet adalah yang bertama-tama ditemui mereka, yang diselamatkan oleh Beliau dari kamar paling berantakan sedunia (hal. 10-14). Kemudian Nad si kecoa diselamatkan Beliau dari ruang penyiksaan di luar angkasa yang berbentuk menyerupai ubur ubur (hal. 21-28).
Ada kesan bahwa yang digambarkan melalui dua penyelamatan itu sebenarnya adalah penyelamatan pada diri pengarang sendiri. Pengarang menganggap dirinya sebagai kucing dalam kamar paling berantakan sedunia, atau juga kecoa dalam ruang penyiksaan, sebelum akhirnya diselamatkan dan menjalani petualangan sebagai seorang pengarang novel. Bagian Tentang Penulis di akhir buku menguatkannya, dengan pernyataan pengarang bahwa dia menghabiskan masa remaja di kolong meja sebagai kucing, hidupnya tinggal bersama kecoa, serta dapat ditemui dalam kostum ubur-ubur (hlm. 262).
Petualangan Bus Damri berlanjut dengan mengarungi lebih banyak tempat di bumi maupun luar angkasa, dari masa lalu hingga masa depan. Dia menyaksikan Beliau menyelamatkan beberapa orang lagi, dan menghukum beberapa orang lainnya. Dari situ Bus Damri belajar banyak tentang Beliau. Dia mengamati hal-hal yang membuat Beliau bahagia, juga yang membuat Beliau marah ataupun sedih, termasuk cara Beliau mengekspresikannya. “Kebahagiaan beliau melahirkan bintang. Kesedihan beliau membunuh keajaiban. Kemarahan beliau berakibat fatal” (hal. 62).
Bus Damri juga menyaksikan keajaiban Beliau melalui kemampuan menjahitnya. Beliau menjahit boneka-boneka untuk melindungi anak-anak, menjahit hati yang terluka, menjahit bedong bayi untuk menentukan alur nasib bayi itu kelak, juga membongkar ulang jahitan nasib seseorang untuk mengubah kisah hidupnya (hal. 34, 46, 130, dan 132). Pada satu kesempatan juga diceritakan Beliau menebarkan permen-permen dan gulali di luar angkasa untuk menciptakan galaksi (hal. 65-68).
Ada banyak hal yang mengarahkan pada dugaan bahwa yang digambarkan pengarang melalui tokoh Beliau ini adalah Tuhan. Pada satu bagian cerita juga disebutkan seorang wanita menyebut Beliau dengan nama Gusti, meskipun Beliau juga tidak keberatan untuk tetap dipanggil Beliau (hal. 86).
Di bagian akhir-akhir cerita, diceritakan pula Beliau adalah seseorang yang menciptakan dunia, mengakhirinya, serta yang menciptakannya sekali lagi. Ada adegan kiamat dalam novel ini, yang diawali kemunculan anak laki-laki jahat yang sebelah matanya menutup, yang menyebut dirinya sendiri Tuhan (hal. 213). Di dunia nyata, tokoh yang terakhir ini bisa diasosiasikan dengan Dajjal yang diramalkan akan muncul di penghujung zaman.
Dengan demikian sebenarnya isi novel ini berat. Namun penyajiannya ringan. Pada akhirnya, penilaian bobot novel ini tergantung pembaca, karena sebenarnya yang perlu berpetualang di sini adalah Ziggy sendiri melalui perenungan-perenungannya ketika mengarang novel. Kita, pembaca, cukup membaca dan menikmati saja! Atau, tergoda ikut merenung?