Taman pemakaman, khususnya di Indonesia, biasanya identik
dengan taman asri dengan aneka bunga-bunga indah. Yah, meskipun tidak selalu
bisa menghilangkan kesan angkernya. Tapi, apapun hasil akhirnya, orang-orang
Indonesia yang hidup selalu memberikan penghormatan pada yang mati dengan
sebuah tempat makam yang pantas.
Karena itu, biasanya dia atas kuburan sering kali seorang
ahli waris menanamkan tetumbuhan, bunga, dll. Kalau keluarga ningrat biasanya
malah memiliki pemakaman sendiri yang asri dengan pohon-pohon rindang dan
bunga-bunga.
Pagi ini saya menemukan sebuah pemakaman keluarga ningrat
itu ketika bersepeda keliling kota. Tapi, rasanya yang ini kok kurang pantas, ya, disebut pemakaman
bangsawan?
Foto di atas adalah foto makam keluarga Tjonkronegoro, yang
adanya di belakang Masjid Agung Sidoarjo. R.T.P. Tjokronegoro adalah adipati pertama
kabupaten Sidoarjo, semenjak Belanda memisahkan Sidokare (nama Sidoarjo sebelum
berbentuk kabupaten sendiri) dari Surabaya.
Tapi,
sayangnya makam tokoh bersejarah itu—bisa Anda lihat
sendiri—malah bersebelahan dengan TPS/Tempat pembuangan Sementara. Jadi,
bisa
anda bayangkan sendiri bagaimana bau yang akan menyerang setiap
peziarah—meskipun mungkin baunya juga tidak akan sampai di dalam.
Saya jadi berpikir, “Kira-kira dosa apa, ya, Adipadi
Tjondronegoro ini pada waktu menjabat dulu kok bisa sekarang mekamnya mendapat
perlakuan kaya’ gini? Korupsikah? Semena-menakah? Atau, gara-gara dia dulu naik
jabatan diangkat Belanda?”
Gak tau. Sepertinya saya harus belajar lebih dalam dulu
tentang sejarah kota kelahiran saya ini.